Halaman Berita

Siap Memasuki Tahun Ajaran Baru, Ini Ketentuan PTM 100%

Pandemi Covid-19 belum usai dan masih berlangsung hingga saat ini. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia. Merespons situasi yang terus berkembang, pemerintah kembali melakukan penyesuaian aturan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Kebijakan itu diatur dalam penyesuaian keenam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan.

Pada penyesuaian kali ini, penyelenggaraan PTM dilaksanakan berdasarkan level PPKM yang ditetapkan pemerintah pusat melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) terbaru dan capaian vaksinasi dosis lengkap (2 dosis). Untuk cakupan vaksinasi dihitung pada kalangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) serta masyarakat lanjut usia (lansia) di wilayah itu.

Dalam diskusi online bersama Gramedia bertajuk Gramedia Back to Offline School pada 8 Juli 2022, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek, Dr. Muhammad Hasbi mengatakan, bagi sekolah yang daerahnya sudah boleh melaksanakan PTM 100%, terdapat beberapa kesiapan yang perlu dilakukan oleh sekolah, seperti menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, toilet yang bersih, kantin yg sesuai dengan anjuran SKB 4 Menteri. Selain itu, dalam pelaksanaan PTM 100%, sekolah harus menerapkan protokol kesehatan, termasuk memakai masker saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Satgas Covid sekolah rajin membersihkan kelas dengan disinfektan. Hal itu tentunya menjadi indikator untuk memastikan bahwa sekolah itu siap memenuhi protokol kesehatan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka 100%.

”Terkait kesiapan melaksanakan PTM 100%, saya menghimbau agar orang tua dan sekolah memastikan anak-anak diperiksa kelengkapan vaksinasinya,” kata Muhammad Hasbi.

Selain melakukan penyesuaian aturan pelaksanaan PTM, dalam menekan terjadinya learning loss, Kemendikbudristek juga meluncurkan Kurikulum Merdeka yang merupakan penyederhanaan dari Kurikulum 2013.

“Jadi Kurikulum Merdeka ini merupakan upaya untuk menghadapi rendahnya kualitas pendidikan di masa yang lampau, dan juga sebagai solusi atas tantangan dunia pendidikan akibat pandemi Covid-19,” ujar Direktur Sekolah Dasar.

Muhammad Hasbi mengatakan bahwa sampai saat ini pembelajaran tatap muka masih merupakan metode terbaik dalam proses pendidikan. Oleh karenanya manfaatkan kesempatan PTM 100% ini dengan memastikan edukasi peserta didik terhadap protokol kesehatan, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Karena protokol kesehatan masih menjadi hal yang sangat penting karena pandemi belum berakhir.

Selanjutnya harus pastikan vaksinasi tidak hanya bagi guru dan tenaga kependidikan, tapi juga bagi anak, orang tua, lansia yang ada di keluarga, dan bagi masyarakat secara umum.

“Vaksinasi ini akan sangat membantu untuk mengurangi resiko atau dampak virus Covid-19, dan akan membantu mempertahankan PTM 100%. Sekali lagi vaksinasi untuk seluruh ekosistem pendidikan menjadi hal yang penting untuk mensukseskan PTM 100%,” tegasnya.

Kemudian yang ketiga, hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi PTM 100% adalah kesiapan orang tua dan kesiapan sekolah dalam pengenalan lingkungan sekolah. Karena PTM pada tahun ajaran baru ini merupakan transisi peserta didik dari jenjang PAUD ke SD dan seterusnya.

“Mari kita usahakan agar ini menjadi ajang yang edukatif, ajang yang bisa terhindar dari tiga dosa besar pendidikan yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Ini juga menjadi pesan penting bagi kita semua agar bisa mengimplementasikannya di keluarga, sekolah maupun di masyarakat,” pungkasnya.

Dr. Kumalasari Onggobawono, M.Pd., Kepala Divisi Pendidikan BPK Penabur Jakarta mengemukakan, terkait PTM 100% BPK Penabur mengikuti SKB 4 Menteri, yang telah di-breakdown oleh dinas pendidikan.

“Karena BPK Penabur Jakarta ada di beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi sehingga breakdown surat edaran masing-masing Disdik tersebut kita pelajari masing-masing. Kita sudah melaksanakan PTM 100% sesuai aturan terbaru,” ujar Kumalasari.

Ia melanjutkan, dalam proses adaptasi PTM 100% tentu ada kendala seperti orangtua khawatir anaknya terpapar. Kendala lainnya ada beberapa anak tertentu yang mengalami komorbid yang tidak terkontrol, sehingga mereka tidak bisa menerima vaksin dan memutuskan sekolah dari rumah.

“Menghadapi hal-hal seperti ini, karena BPK Penabur Jakarta meliputi 79 sekolah dari jenjang TK sampai SLTA termasuk SPK, jadi ketika kita memang tidak bisa datang secara on-site otomatis kita harus menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan mereka untuk belajar dari rumah. Salah satunya melalui sistem hybrid,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anggie Anggraini Tri Saptari, Perwakilan Orangtua Murid sekaligus Guru SMAN 11 Bandung menceritakan, anaknya yang mau memasuki kelas 2 sekolah dasar sangat antusias untuk mengikuti PTM 100%.

“Karena ketika murid khususnya jenjang SD menjalankan sekolah hybrid banyak kendala yang dihadapi. Seperti guru yang kurang fokus mengajar karena membagi antara kelas dan di rumah, dan gangguan lainnya. Jadi ketika PTM 100% diterapkan kembali, anak-anak antusias,” imbuh Anggie.

Psikolog: Ini yang Harus Disiapkan Orangtua Menyambut PTM 100%

Waktu awal pandemi, terjadi transisi dalam semua sektor termasuk pendidikan. Salah satunya adalah transisi orangtua yang dipaksa keadaan untuk menjadi guru bagi anak-anaknya karena sekolah tatap muka diliburkan. Selama sekolah online berlangsung banyak keluhan orangtua, seperti harus membagi waktu untuk anak-anak, tidak memahami materi pelajaran dan lain sebagainya.

“Sekarang para orangtua sudah beradaptasi cara mengajari anak-anak, dan setelah masuk PTM 100% ada lagi keluhan orangtua yaitu ketakutan. Misalnya mereka mempertanyakan apakah sekolah sudah cukup siap, apalagi di usia SD ini kan aktivitas geraknya lebih besar dan lebih sulit diberi pengertian dibandingkan dengan anak-anak SMA atau anak-anak SMP,” ujar Arienda Anggraini M.Psi., Psikolog Growth Center Kompas Gramedia.

Selaku psikolog, Arienda juga menghimbau para orangtua untuk mempersiapkan menghadapi anak-anaknya yang kembali PTM 100%. Pertama yang seharusnya disiapkan adalah mental orang tua, karena kondisi saat ini tidak se-ideal dua tahun lalu sebelum pandemi terjadi.

“Jadi dengan segala kondisi saat ini, situasi yang tidak ideal, kita harus menerima, kita bisa beradaptasi, kita bisa rela melepas anak-anak kita harus tatap muka full 100%. Jadi orang tua harus bisa menerima dulu kondisi saat ini,” tuturnya.

Kedua adalah adaptasi. Orang tua yang sebelumnya bisa lebih tenang melepas anak-anaknya ke sekolah, makan di kantin, naik kendaraan umum, sekarang orangtua harus beradaptasi seperti bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal dan antar jemput.

“Nah adaptasi ini stresser sendiri buat orang tua. Jadi pertama yang sangat saya sarankan adalah sebagai orang tua harus bisa mengelola stress kita dalam mempersiapkan anak-anak kita PTM 100%. Karena kalau kita stress, marah-marah maupun cemas maka energinya akan sampai ke anak-anak,” ujar Arienda.

Selanjutnya orang tua harus sering mengajak ngobrol anak-anaknya seperti menanyakan perasaan mereka saat mau masuk sekolah atau menanyakan bagaimana perasaan anak-anak saat bertemu dengan teman-temannya di sekolah. Dari mengobrol itu, orang tua akan mampu mengenali emosi anak-anak apakah anak-anak happy atau merasa tidak happy balik ke sekolah.

“Oleh karena itu kita harus tahu dan menerima situasi saat ini tidak sama dengan sebelum ada pandemi. Karena menghadapi PTM 100% ini orang tua juga butuh adaptasi lagi, begitu juga dengan anak-anak yang butuh adaptasi lagi untuk kembali ke sekolah. Jadi orangtua harus bisa menerima dulu emosi anak-anak kita dan orangtua juga harus menanyakan apa yang bisa kita bantu untuk membuat anak-anak kita happy ke sekolah,” katanya. (Hendriyanto)

Sumber : https://ditpsd.kemdikbud.go.id/